Epistemologi Strukturalisme Levi-Strauss
Pada bagian ini penulis menunjukkan ciri yang ada pada data
antropologi budaya yang membuat Levi-Strauss merasa lebih tepat mengambil model
dari ilmu bahasa (linguistik).
Strukturalisme merupakan sebuah metode, bukan khas milik antropologi budaya
dimana metode ini memiliki ciri-ciri berupa jangkauannya yang mencakup semua
fenomena sosial budaya. Di sini dijelaskan bahwa Levi-Strauss mengikuti ide-ide
Ferdinand de Saussure mengenai bahasa, yakni tentang relasi sintagmatik dan
relasi paradigmatik. Dalam suatu analisis struktural suatu fenom atau unsur
dilihat dalam konteks relasi. Prinsip relasi paradigmatik menunjuk pada
elemen-elemen yang berada di luar rangkaian atau percakapan. De Saussure juga
mempengaruhi Levi-Strauss dalam pembedaannya mengenai bahasa ke dalam aspek langue (bahasa) dan parole (ujaran). Langue bersifat
sosial, langue ini merupakan aturan-aturan/tata bahasa/sistem dalam
berbahasa yang mengekang setiap individu meskipunn individu tidak menyadari atas
batasan bahasa tersebut. sedangkan ujaran/parole
adalah bahasa sebagaimana dipakai oleh individu. Ujaran yang relatif bervariasi
dari setiap individu itu tetap berada dalam lingkup aturan bahasa yang
digunakan oleh individu secara nir sadar. Prinsip inilah yang digunakan untuk
menjadi basik analisa struktural ala Levi-Strauss.
Orientasi
Levi-Strauss dalam kajian-kajiannya adalah mencari tatanan tertentu dibalik
semua hal yang tampak begitu kacau balau. Untuk itu Levi-Strauss membangun
landasan-landasan teoritik dengan cara mengambil model dari linguistik dengan alasan pertama linguistik merupakan ilmu yang
telah mencapai derajat social science
karena kemajuan-kemajuan yang telah dibuatnya, kedua karena fenomena sosial
budaya seperti fenomena bahasa. Munculnya Levi-Strauss dengan strukturalismenya
yang mendamaikan kutub science dan humanities telah membawa polemik
tersendiri karena ada yang memposisikan Levi-Strauss ke dalam sepenuhnya
science atau berada di antara keduanya. Letak sains adalah pada konsep struktur
yang mengambil dari bahasa serta pada tujuan antropologi, sedangkan ciri
humaniora terletak pada makna dan gaya penulisan. Science bersifat objektif, mempunyai metode yang sistematis untuk
memperoleh ilmu pengetahuan faktual. Sementara itu ciri pada humanities terletak pada evocation dan interpretasi dari
kebudayaan yang bervariasi. Ciri inilah yang digunakan para ahli untuk
menggolongkan suatu pendekatan ke dalam science
dan humanities, meskipun hal ini
tidak selalu mudah dan terselesaikan. Sebagai bukti epistemologi dari
Levi-Strauss yakni strukturalisme yang mencapai puncak popularitas pada tahun
1960-1970an tetap menjadi polemik dan tidak mencapai kesepakatann mengenai
posisi strukturalisme. Dengan demikian strukturalisme Levi-Strauss mempunyai
ciri-ciri sebagai science dan humaniora. Ciri sains dan strukturalisme
terletak pada peminjaman model linguistik
untuk mencari struktur yang universal dan pada tujuan yang ingin dicapai pada
ilmu antropologi. Analisis struktural ini mengarahkan Levi-Strauss untuk
mencari struktur tersembunyi dibalik fenomena sosial. Asumsi dasar dalam
pendekatan strukturalisme ini adalah bahwa kenyataan yang sebenarnya bukanlah
kenyataan yang tampak terlihat, akan tetapi kenyataan yang sebenarnya terdapat
di balik kenyataan itu sendiri, yaitu kenyataan yang tidak dapat dilihat oleh
indera tetapi bisa dilihat manifestasinya atau perwujudannya yang harus dicari
berupa tatanan atau aturan yang kemudian disebut sebagai struktur.
Levi-Strauss
mengatakan strukturalisme yang dicanangkannya bukan hanya sebuah kerangka teori
tetapi juga sebuah epistemologi yang baru. Kerangka teori adalah abstraksi dari
gejala atau kejadian tertentu yang terdiri dari banyak unsur. Dalam ilmu
antropologi terdapat sekitar 11 kerangka teori. Sedangkan epistemologi adalah
filsafat ilmu pengetahuan yang di dalam antropologi terdapat 6 peta
epistemologi. Sifat epistemologi adalah rock
bottom yang sifatnya lebih dalam dari pada sifat kerangka teori. Di sini
yang menjadi pembahasan adalah kerangka teori strukturalisme dan epistemologi
strukturalisme. Hukum keteraturan atau ketentuan disebut struktur. Istilah
struktur berdekatan artinya dengan istilah organisasi, akan tetapi terdapat
perbedaan penting di antara dua istilah itu. Organisasi itu dibuat sedangkan
struktur itu ditemukan, organisasi diubah tetapi struktur mengubah dirinya
sendiri, organisasi yang memiliki struktur itu kokoh tetapi organisasi yang
tidak memiliki struktur akan menjadi berantakan. Levi-Strauss mengatakan bahwa
struktur tidak begitu saja bisa diamati tetapi struktur itu harus ditemukan
dengan studi dan analisa yang hanya bisa difokuskan pada objek yang telah
menjadi kenyataan, maka rasionalitas dari objek bersifat laten. Bagi
Levi-Strauss kebudayaan pada hakikatnya adalah suatu sistem simbolik atau
konfigurasi perlambangan/signal.
Strukturalisme Levi-Strauss juga filsafat tentang manusia, masyarakat, dan
kebudayaan, sekaligus juga sebuah epistemologi baru dalam ilmu sosial dan
humaniora khususnya ilmu antropologi. Sebagai sebuah disiplin, ilmu antropologi
budaya berada di antara dua kutub ilmu sosial yang tarik menarik, yakni kutub
Ilmu Alam dan Fenomenologi. Diantara dua kutub ini strukturalisme Levi-Strauss
mencoba berdiri di tengah, sehingga strukturalisme Levi-Strauss merupakan
sebuah epistemologi baru di dalam Antropologi Budaya.
Pandangan
antropologi positivisme melihat manusia adalah bagian dari dunia
alam/alami/natural. Karena manusia bagian dari alam maka fenomena yang bersifat
sosial budaya juga bagian dari gejala/fenomena alam, maka antropologi
positivisme diposisikan pada kutub ilmu alam. Di dalam antropologi fenomenologi
kebudayaan bukan lagi perilaku yang dapat dideteksi oleh panca indra, melainkan
sebagai suatu sistem pengetahuan dan sistem gagasan, dimana letak kebudayaan
berada di dalam pikiran dan hati manusia. Dalam melukiskan kebudayaan, ahli
antropologi harus memakai cara-cara yang bersifat universal, akan tetapi tetap
berpijak pada pandangan atau makna dari masyarakat yang diteliti. Pandangan
seperti itulah yang menempatkan antropologi pada kutub antropologi
fenomenologi. Dalam analisis epistemologi strukturalisme para ilmuwan diarahkan
untuk menemukan struktur yang terdiri dari relasi-relasi antar elemen yang
terdapat dibalik fenomena sosial budaya, dimana masyarakat pemilik kebudayaan
tersebut tidak menyadari adanya struktur itu, jadi struktur itu sifatnya unconscious/tidak disadari. Struktur itu
tidak dibuat, tetapi ditemukan oleh ilmuwan.
Jadi
kesimpulannya adalah pertama model
dari linguistik antropologi budaya akan dapat menjadi sebuah disiplin yang
ilmiah sekaligus juga tetap humanistic,
kedua Levi-Strauss mengambil model
dari linguistik karena fenomena
sosial budaya seperti fenomena bahasa, ketiga
dengan model dari linguistik
antropologi budaya akan dapat menjadi sebuah disiplin yang humanistic, keempat
strukturalisme Levi-Strauss bukan hanya sebuah cara analisis atau suatu
kerangka teori baru dalam antropologi budaya. Akan tetapi juga filsafat tentang
manusia, masyarakat, dan kebudayaan, sekaligus juga sebuah epistemologi baru
dalam ilmu sosial dan humaniora khususnya ilmu antropologi, kelima strukturalisme berada di antara
dua kutub ilmu sosial yang tarik menarik, yakni kutub ilmu alam yang positivistik (nature) dan kutub fenomenologi (culture), keenam kebaruan
epistemologi strukturalisme terletak pada asumsi dasarnya.
Comments
Post a Comment