SEJARAH ANTROPOLOGI
SEJARAH ANTROPOLOGI
Pada
kesempatan kali ini saya akan mereview tentang sejarah antropologi, yang mana
saya mengambil refrensi dari sebuah buku yang ditulis oleh Koentjaraningrat
dengan judul Pengantar Antropologi I pada halaman 1-8.
Sebelum
membahas sejarah antropologi, maka perlu kita ketahui bahwa antropologi
merupakan ilmu tentang manusia. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa sejarah
antropologi berkembang melalui beberapa fase yaitu, fase pertama ini terjadi pada sebelum tahun 1800 yang diawali
dengan kedatangan orang Eropa di benua Afrika, Asia, dan Amerika selama sekitar
4 abad sejak akhir abad ke -15 dan awal abad ke-16. Pada saat itu suku-suku
bangsa penduduk pribumi mulai mendapat pengaruh dari negara-negara Eropa Barat.
Bersamaan dengan itu juga terciptalah berbagai macam tulisan dari musafir,
pelaut, pendeta, pegawai agama Nasrani, penerjemah Kitab Injil, maupun para
pegawai pemerintah jajahan berupa buku kisah perjalanan, laporan, dll yang
jumlahnya sangat banyak. Kemudian di dalam buku tersebut terdapat deskripsi tentang
adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa, dan ciri fisik serta beraneka warna
suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania, maupun Indian yang merupakan pribumi
benua Amerika. Karena sangat berbeda dengan keadaannya di Eropa, maka bahan
deskripsi itu sangat menarik bagi orang Eropa waktu itu. Akan tetapi gambaran
yang dibuat pada zaman itu umumnya bersifat kabur, tidak teliti, dan seringkali
hanya memperhatikan hal-hal yang tampak aneh bagi mereka. Kemudian di kalangan
kaum terpelajar di Eropa Barat timbul sikap yang bertentangan terhadap
orang-orang Afrika, Asia, Oseania, dan Indian yang berupa anggapan bahwa
orang-orang tersebut sebenarnya bukan manusia sungguhan, melainkan manusia liar
keturunan iblis sehingga timbul istilah savage
dan primitive yang mengacu pada
bangsa pribumi. Masyarakat pribumi dianggap masih murni yang belum mengenal
kejahatan dan keanehannya dapat dimanfaatkan untuk dipercontohkan kepada
khalayak ramai di Eropa Barat. Pada awal abad ke-19 perhatian para ilmuwan
Eropa tertuju pada pengetahuan tentang masyarakat, adat istiadat, serta
ciri-ciri fisik bangsa pribumi, sehingga ada upaya untuk mengintegrasikan semua
bahan pengetahuan etnografi yang ada menjadi satu.
Selanjutnya
fase kedua kira-kira pada pertengahan
abad ke-19, yang mana integrasi baru benar-benar terlaksana dengan terbitnya
karangan yang tersusun berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Di sini
bentuk masyarakat dan kebudayaan bangsa Eropa Barat dianggap paling tinggi,
selain Eropa semuanya dianggap primitif , lebih rendah, dan merupakan sisa
kebudayaan manusia purba. Dan ketika tahun 1860 ada beberapa karangan yang
mengklasifikasikan kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi, maka
lahirlah antropologi. Jadi pada fase kedua ini antropologi bersifat akademis
dan mempunyai tujuan untuk mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif
dengan tujuan untuk mendapatkan pengertian mengenai tingkat-tingkat kuno dalam
sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia di muka bumi.
Fase ketiga
terjadi pada awal abad ke-20, pada saat ini sebagian besar negara penjajah di
Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di daerah jajahan mereka. Antropologi
sangat penting bagi bangsa Eropa dalam menghadapi bangsa yang mereka jajah. Dan
mulai saat itu mulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa selain Eropa menjadi
sangat penting. Antropologi berkembang di Inggris dan negara kolonial lainnya.
Dalam fase ketiga ini antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, yang tujuannya
adalah mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa
untuk kepentingan pemerintah kolonial dan untuk mendapat pengertian tentang
masyarakat modern yang bersifat kompleks.
Kemudian
dilanjutkan pada fase keempat kira-kira sesudah 1970. Dalam fase ini
antropologi berkembang sangat luas. Di samping itu, ketidaksenangan terhadap
kolonialisme dan gejala makin berkurangnya bangsa primitif setelah Perang Dunia
II menyebabkan antropologi seakan kehilangan lapangan dan terdorong untuk mengembangkan
lapangan penelitian dengan pokok dan tujuan yang berbeda. Perkembangan itu
terjadi di universitas-universitas AS, dan pada tahun 1951 menjadi umum di
negara-negara lain ketika 60 orang tokoh antropologi dari Amerika dan Eropa
mengadakan simposium internasional guna meninjau serta merumuskan pokok tujuan
maupun ruang lingkup antropologi. Setelah itu sejak tahun 1930 sasaran
penelitian para ahli antropologi bukan lagi suku-suku bangsa primitif,
melainkan telah beralih kepada penduduk pedesaan pada umumnya. Pada fase
keempat ini antropologi mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan akademis dan tujuan
praktis.
Selanjutnya
pada antropologi masa kini dijelaskan bahwa aliran antropologi digolongkan
bedasarkan universitas tempat ilmu itu berkembang. Di AS serta Meksiko,
antropologi telah menggunakan semua bahan dan metode antropologi fase pertama,
kedua, ketiga. Dengan demikian Universitas di AS merupakan tempat di mana dalam
fase keempatnya antropologi telah berkembang paling luas. Di Inggris dan
negara-negara persemakmuran seperti Australia masih melakukan fase ketiga. Pada
awal tahun 1970-an di Eropa Tengah antropologi masih bertujuan untuk
mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa untuk mendapatkan pengertian tentang
sejarah penyebaran kebudayaan umat manusia di bumi, sehingga negara tersebut
berada pada fase kedua dalam perkembangan antropologi. Walaupun demikian,
generasi muda ahli antropologi di Jerman Barat dan Swiss telah banyak menerima
pengaruh dari Amerika. Di Eropa Utara, antropologi betsifat akademis. Sedangkan
perkembangan antropologi di Rusia tidak banyak dikenal. Akan tetapi beberapa
tulisan mengenai perkembangan antropologi di Uni Soviet menunjukkan bahwa
penelitian antropologi sangat giat dilakukan. Antropologi di negara itu
didasarkan pada konsep K. Marx dan F. Engels mengenai tingkat evolusi
masyarakat dan hanya dianggap sebagai bagian dari ilmu sejarah. Selain itu
antropologi Rusia juga melakukan kegiatan pengumpulan bahan tentang beragam
bentuk masyarakat dan kebudayaan suku bangsa negara tersebut serta
memamerkannya. Kemudian berbagai buku ikhtisar tentang kebudayaan suku bangsa
pribumi benua lain telah disusun oleh para ahli antropologi Rusia yang diberi
judul Narody Mira (Bangsa-Bangsa Di
Dunia). Di negara bekas jajahan Inggris metode-metode antropologi banyak
dipengaruhi oleh berbagai aliran yang berasal dari Inggris. Di India,
antropologi mendapat fungsi praktis untuk mendapatkan pengertian mengenai
kehidupan masyarakatnya yang sangat beragam dan menjalin hubungan antara
berbagai golongan penduduknya. Di India, antropologi dan sosiologi telah
menjadi satu dan merupakan ilmu sosial yang baru.
Sedangkan
di Indonesia sendiri sekarang ini telah dikembangkan ilmu antropologi dan dalam
menentukan dasar-dasar dari antropologi Indonesia kita belum terikat oleh suatu
tradisi sehingga kita bisa memilih serta mengkombinasikan sebagai unsur dari
aliran yang paling tepat dan telah berkembang di negara lain, kemudian
diselaraskan dengan masalah kemasyarakatan di Indonesia. Jadi, sejarah
antropologi melalui 4 fase perkembangan hingga menuju pada antropologi masa
kini yang pada setiap fase tersebut memiliki tujuan yang khas.
Daftar
Pustaka:
Koentjaraningrat.
2005. Pengantar Antropologi Jilid I.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Comments
Post a Comment